Aku Shakira Batrisyia, siswi baru kelas 5 SDI Al Mubarok Surabaya. Aku siswi pindahan dari kota Medan, Sumatera Utara. Serunya belajar tatap muka selama lima bulan lalu, diawal Januari 2020, ditambah sekolah daring yang sudah berjalan lima bulan ini di Surabaya adalah sesuatu yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku. Dikarenakan kondisi saat ini ada pandemi virus Covid-19.
Otomatis pembelajarannya melalui smartphone atau HP. Awalnya aneh, karena semua aktifitas kegiatan dan tugas sekolah dilaporkan melalui foto-foto, kemudin dikirim melalui aplikasi Whatsapp. Tetapi makin lama kondisi ini terasa asyik dan menyenangkan. Karena belajar online membuatku lebih mandiri untuk mencari materi tambahan dari pelajaran di sekolah sambil bermain HP untuk mengurangi kebosanan.
Tapi tentu saja tetap kurang maksimal bila tidak ada tatap muka dan berjumpa dengan teman-teman. Keseruan bermain dan belajar secara langsung dengan teman-teman berbeda rasanya dengan komunikasi melalui daring atau video call. Aku memang kelahiran Surabaya. Tapi sejak aku berumur tiga tahun, aku ikut orangtuaku bekerja di kota Medan selama tujuh tahun.
Diakhir tahun 2019, papaku pindah kerja ke Surabaya. Tentu saja mamaku sibuk mengurus kepindahan sekolahku ke Surabaya. Singkat cerita, diterimalah aku di sekolah ini saat aku duduk di bangku kelas 4 semester dua. Ada hal menarik dan baru buatku. Yaitu berkomunikasi dengan bahasa jawa. Karena sejak kecil, sehari-hari dirumah aku memakai bahasa Indonesia saja. Sedangkan di lingkungan sekitar rumah dan sekolah, semua teman-temanku memakai bahasa campuran. Bahasa Indonesia dan Jawa. Memang tidak mudah untuk beradaptasi.
Tetapi aku berusaha dan terus berusaha belajar bahasa Jawa. Meskipun sampai sekarang aku belum begitu lancar berbahasa Jawa. Bersekolah di SDI Al Mubarok pastinya menyenangkan buatku. Lingkungan baru, guru-guru baru, teman-teman baru dan sistem pembelajaran baru di tahun ajaran ini. Saat membuat prakarya pun jadi hal menarik buatku. karena tidaklah mudah mengerjakannya. Aku dibantu dan didampingi mamaku, agar prakarya bisa tercipta dengan rapi.
Sebelumnya aku sibuk mempersiapkan segala bahan-bahan prakaryanya. Bahan-bahan yang kubeli ini adalah bahan-bahan yang tidak ada dirumah, seperti kain flanel dan lem tembak untuk prakarya yang membutuhkan bahan-bahan itu. Sedangkan kertas origami dan kertas karton ada stok di rumah. Saat membuat prakarya yang terlihat mudah ternyata pengerjaannya membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Bahkan sampai larut malam aku menyelesaikannya dibantu mamaku. Terkadang papaku pun ikut andil.
Dalam penyampaian materi pelajaran sekolah melalui aplikasi zoom adalah sesuatu kesempatan yang tidak pernah kulewatkan. Karena rasa rinduku dengan sekolah, teman-teman serta bapak dan ibu guru bisa terobati. meski memang tidak bisa maksimal seperti saat pembelajaran tatap muka. Minggu lalu pun saat ada imunisasi HPV (human papilloma virus), aku sudah merasa senang.
Penulis : Shakira Batrisyia
0 comments:
Post a Comment