Di tengah pandemi Covid-19 ini, sebagian dari kita dihimbau untuk bekerja dari rumah. Nah, tidak sedikit juga yang mengisi waktu dengan mencoba memasak berbagai macam jenis makanan, mulai dari makanan berat hingga ringan.
Namun kali ini, kita tidak akan membahas resep masakan, akan tetapi akan membahas filosofi salah satu jajanan tradisional yang banyak dijumpai di berbagai pasar tradisional hingga acara-acara masyarakat sebagai hidangan, bernama Kue Apam atau Apem.
Kue yang terbuat dari tepung beras, gula, ragi instan, dan tape singkong ini memiliki rasa yang manis berbentuk bulat warna putih, sekilas bentuknya menyerupai serabi. Tentunya Insan Edukasi sudah hapal ya. Nah, dibalik keberadaannya yang sudah dikenal banyak orang, kue apem ternyata memiliki filosofi tersendiri, loh.
Jika ditarik ke belakang, kue apem berasal dari India yang bernama Appam. Sementara, istilah kue apem sendiri disebutkan merupakan serapan dari bahasa Arab, yakni afwan atau afuwwun yang berarti maaf dan masyarakat Jawa menyederhanakan kata afwan tersebut menjadi kata apem yang sekarang kita ketahui.
Kalau untuk persebarannya sendiri, diketahui kue apem ini tersebar di masyarakat Jawa pada masa Sunan Kalijaga, yakni salah satu dari wali sembilan yang menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Jadi ceritanya, pada masa itu Ki Ageng Gribik yakni keturunan Prabu Brawijaya dan salah satu murid Sunan Kalijaga melihat keadaan penduduk desa Jatinom, Klaten yang sedang kelaparan.
Kemudian Ki Ageng Gribik yang saat itu baru pulang menunaikan ibadah haji, akhirnya membuat kue apem yang dibagikan kepada penduduk desa sambil mengajak mereka mengucapkan lafal Qowiyyu yang artinya Allah Maha Kuat. Dengan memakan kue apem dan melafalkan kata tersebut para penduduk pun merasa kenyang.
Sebab itu, dalam pandangan atau filosofis Jawa, kue apem dilambangkan sebagai simbol permohonan ampun atau maaf atas berbagai kesalahan yang telah diperbuat, baik kesalahan kepada Sang Pencipta maupun kesalahan kepada sesama agar silaturahmi tetap terjaga.
Hal tersebut merujuk pada asal mula kata apem yakni afwan yang artinya maaf. Selain itu, rasa kue apem adalah manis yang mengibaratkan manisnya kata-kata permintaan maaf yang dapat membuat hubungan antar umat manusia menjadi harmonis.
Oleh sebab itu, kue apem banyak dihidangkan di berbagai kegiatan kemasyarakatan, mengingat nilai filosofis dan historisnya yang penuh makna. Hal tersebut diwujudkan adanya kue apem di acara seperti kenduri atau selamatan, serta megengan yakni sebuah tradisi saling memberikan makanan, salah satunya kue apem kepada tetangga menjelang bulan puasa.
Sumber : radioedukasi.kemdikbud.go.id






0 comments:
Post a Comment